Halaman

Selasa, 28 Februari 2012

UMUR SEGINI

Umur segini...
Rasanya wanita banget, deh. Hahaha.. Ada banyak perubahan. Disadari atau tidak, memang ada perubahan itu. Entah fisik maupun karakter. Perubahan itu tidak lain karena faktor umur dan tanggung jawab yang sudah mulai dirasakan keseriusannya. Selain itu, yah lingkungan juga membawa bobot yang cukup besar. Tiap permasalahan yang hadir selalu membuat saya berpikir begitu jauh.

Umur segini...
Baru terasa ujian hidup yang sesungguhnya. Sebenarnya menginjak usia 20 tahun, permasalahan yang saya hadapi sudah cukup meribetkan kehidupan pribadi saya. Semakin dalam, semakin berat, dan semakin terasa hikmahnya. Ada kala suatu permasalahan tidak dapat diceritakan. Ini sungguh menyiksa, kamu tahu? Beruntung bagi saya ketika ada orang yang memperhatikan kisah saya saat tidak boleh ada yang tahu, selain dia!
Saya semakin menyadari bahwa saya pun bisa jadi permasalahan bagi orang lain meski saya tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. Yah, awalnya saya tidak tahu. Oke, sekarang saya tahu mengapa itu dapat terjadi. Cukup saya dan dia saja yang tahu.

Ada masanya dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Biar saya saja yang tahu itu demi saya sendiri, untuk saat ini. Waktu berkata tidak boleh, kuasanya mengalahkan saya. Saya tidak berani. Well, saya memang pengecut untuk topik yang satu itu. Saya hanya berani membicarakannya pada orang yang menjanjikan satu dengan saya. Terlepas apapun masalahnya.

Jika seperti ini, sudah terasa berat belum masalah saya? :)

Tidak kok, tidak berat. Topik ini, topik yang hanya saya saja yang tahu ini, sudah terselesaikan dengan baik. Penyelesaian dengan diri dan kekokohan saya pada pencipta sungguh meringankan. Hidup meringsek keluar ke jalan yang benar, mungkin akan memandu saya hingga menemukan yang satu itu. Kamu. Bukan, tapi dia.

KEMALASAN MEMBUNUHKU

Dua bulanan ini aku sangat malas! Malas ngapa-ngapain. Tau sih, kalau buang-buang waktu, tapi ya maless.
Pada akhirnya saya tobat. Tugas saya numpuk. Tugas menerjemahkan 20 halaman, beres" kamar, nyuci, nyetrika, juga SKRIPSI. Lalu, saya ada kerjaan baru. Jadi, asisten penelitian dua dosen. Hehehe..keren yak! Tugasnya berkeliling Jogja mengunjungi stasiun" radio. Hemm, menantang!


Maka, sekarang saatnya bangkit!
Mengatur waktu, jadwal, dan pelaksanaan!!


TAMBAH MINYAK!! JIA YOU!!!

Selasa, 21 Februari 2012

Puisinya Untuk Kamu


Pagi tak pernah bersembunyi.
Disisihkannya malam tanpa ragu.
Tak bisakah kamu seyakin itu?
Berani memiliki aku.

Pagi untuk menyadari kekeliruan.


Jangan takut mencoba lagi.

Cinta yang dewasa, memberi kesempatan.

--Andrei Aksana dalam Mencintaimu Pagi, Siang, Malam-

Jumat, 17 Februari 2012

URUSAN NIKAH

Tadi siang saya ikut menemani Mbak saya mengurus surat-surat pernikahan ke gereja. Sampai di sana, berbincang-bincang dengan seorang pastur. "Nikah itu ribet, ya," kata pastur itu kepada saya saat Mbak saya di luar ruangan. "Iya nih, Mo." (Mo=Romo, maksudnya Pastur)
Pastur : "Mbaknya sudah nikah, ya?"
Saya   : "Oh, belum, Mo. Saya masih kuliah, kok."
Pastur : "Jurusan apa?"
Saya   : "Psikologi, Mo."
Pastur : "Sekarang tahun keberapa?"
Saya   : "Semester delapan kok, Mo. Ini skripsi."
Pastur : "Oh, nemenin aja."
Saya   : "Saya adiknya, Mo."
Pastur : "Oh, ya?"
Saya   : "Nggak mirip ya, Mo?"
Pastur : "Iya, beda banget."

Maksudnya apa?
Gue udah nikah? Muke gue lebih tua dari Yopi?? Whaaattt??
Tahun keberapa? Emang dikate gw ngendok lama di kampus?
Masya ampun, si romo ini.... gemes, deh.

Ditambah lagi, percakapan kami pas pamit pulang.

Pastur : " Ini kakak adik ya."
Yopi   : "Iya, Mo."
Pastur : "Nemu di rumah sakit ya?"  . . . . . . Uwhaaaatt??!!
Saya   : "Saya putri yang tertukar kok, Mo."


Haadeeehh... Ngelus dada aja deh gue.


Renungan : Si romo itu yang sekali ketemu gue aja udah berani ngeledek parah, gimana dengan orang-orang yang udah kenal lama ya? #nasib sehari-hari : digojlok demi kebahagian orang banyak. Amin.

Cerita Tentang Debora

Debora Yovitasari. Itu nama kakak saya. 25 umurnya di Juni tahun ini, 3 tahun lebih tua dari saya. Yovi, panggilannya (saya nggak pernah manggil pake 'mbak'), adalah anak pertama. Jadi, saya anak tengah. Andre (18), anak bungsu. 

Lanjut. Yovi itu seorang penurut. Saking nurutnya, seakan dia nggak punya suara. Dia sering banget saya marahin (oneng sih, hehe), saya jadi adik ga beradab. Tapi, sumpah ya! Dia itu baik banget. Dia ga marah kalau saya marahin. Yah, mungkin itu perlu ya. Marah? Sepertinya lebih tepat ngomong jeplak, sih. Saya pikir itu perlu untuk dia supaya dia nggak lemah. Sebentar, apa saya justru melemahkan dia? Entah sejak dulu dia memang seperti itu. Saya dekat dengan dia sejak saya kuliah dan mulai bisa berpikir lebih baiklah. Untuk saat-saat ini, saya sering memberi dia masukan dan pandangan-pandangan saya tentang dirinya yang ia terima begitu saja. Dia sangat berlapang dada menerima omongan saya. Luar biasa. Prookk..prookk..

Sungguh! Saya perlu membicarakan tentang dirinya untuk masa depannya. Apalagi ia akan berkeluarga sesaat lagi. Dia perlu tahu bagaimana dirinya dari orang lain sehingga dia bisa mengecek kembali apakah benar yang orang lain katakan. Intinya, kami saling share tentang apa saja. Terkadang saya berlaku seperti kakak, tapi saya juga tetap adiknya. Ada kalanya dia memegang kendali saat emosi saya negatif dan tidak stabil. Dia paling mengerti saya. Wah, pokoknya gitu, deh. Diam-diam ternyata kami pas, saling melengkapi gitu deh. Hahaha... Dia diam, saya cerewet. Dia pendiam, saya banyak tingkah. Dia penyabar, saya grusa-grusu. Dia tipe istri idaman laki-laki --> nurut abis, tipe yang melayani gitcu.

Bukan berarti saya durhaka, lho! Aduh, tipe kepribadian yang beda, sih. Tapi, sumprit deh. Sekarang saya sudah bisa mengendalikan emosi dan bisa menilai situasi lebih baik. Eheem. Hubungan kakak adik ini pun sudah lebih baik dan naik tingkat urusannya. Ngomongin pernikahan! Setiap ketemu pasti aja ngomongin ini dan saya sering memberi pandangan-pandangan baru yang saya dapat dari bapak-bapak/ibu-ibu di luar sana. Kemarin sampai peluk-pelukan. Jiiaahh. Dasar!
....
......

Truss,, dia mau menikah!!! Kyyyaaaa... Pi, lo mau nikah gilaakk!!

Lanjut buka tulisan "URUSAN NIKAH"






Rabu, 15 Februari 2012

W.A.N.I.T.A: MEMBERI

buka ini dulu...
http://serujakacang.blogspot.com/2012/02/cerita-tentang-sahabat.html

MEMBERI

Memberi itu mudah. Lantas, mengapa saya terganggu? Begini, lho, saudara/i. Saya memberi dengan tulus namun bagaimana jadinya jika si penerima tidak menganggap itu tulus serta menaruh curiga? Saya  tidak dipercaya setelah banyak usaha yang saya lakukan untuk melindunginya. Saya ke-ce-wa.


Dia menyalahgunakan pemberian saya. Dia begitu saja membentak saya dengan segala tuduhan. Dia begitu kepada saya, sedangkan kepada lainnya, tidak. Saya ben-ci itu.


Dia berkata-kata, saya diam. Dia kalut, saya berusaha tenang. Diam diam, lalu saya bicara. "Saya tersinggung". Dia berkata, "Maaf." Namun, entahlah. Sekedar maaf atau dia sudah memahami sepenuhnya bahwa saya pun menanggung resiko yang cukup besar untuk berada di lingkupnya. 


Saya harap, dia atau siapapun itu dapat menghargai lebih dari apapun untuk setiap pemberian yang datang kepadanya. Pemberian itu tidak datang dua kali untuk satu kesempatan yang sama. 


Apa saya bodoh, jika berulang kali merasa bahwa memberi itu selayaknya dilakukan meski akan terasa luka nantinya? Apa saya bodoh, jika saya terus memberi bagi mereka yang pada akhirnya mempertanyakan dan membuang pemberian itu?


***


Saya terus bertanya untuk hal ini. Sampai saat ini pun, saya masih memahami bahwa memberi tidak perlu memikirkan bagaimana akhirnya. Jika saya memberi untuk alasan yang tepat dan baik, maka saya akan terus memberi meski si penerima bukan tipe penerima yang baik. 

Sabtu, 11 Februari 2012


Sepanjang jalan mengemuka di depan,
saya yakin kita masih berada di jalan yang sama.

Sejauh saya memandang, 
saya percaya kita masih berada di bawah langit yang sama.






Selasa, 07 Februari 2012

LARI

Sepagi ini meyelinap ke dalam selimut lagi sepertinya ide menarik. Namun, ada kalanya ide menarik itu dibuang jauh-jauh. Saya membuka pintu kamar, celingak-celinguk sebentar, tidak ada orang di rumah. Lantas saya mengambil sepasang sandal jepit buluk yang ada di atas keset dan pergi secepat kilat dari situ. Saya menembus angin dingin hanya dengan baju tidur tipis ini. 


Saya injak rumput-rumput tinggi yang menghalangi. Saya memotong jalan lewat halaman rumah tetangga. Ups! Satu pot anggrek bulan tersenggol tangan saya. Jatuh. Pecah. Saya terus berlari takut ketahuan si pemilik. Ternyata si pemilik tanaman itu keluar dari rumahnya dan mengumpat ke arah saya. Mungkin dia telah menyadari ada pot bunganya yang pecah, saya tidak tahu, saya tidak melihat karena yang saya lakukan hanyalah berlari. 


Peluh ini tentu saja sudah membanjiri tubuh saya. Biar saja, saya akan memperlambat larinya. Saya kerap bingung tentang apa yang saya lakukan. Ada yang memberi tanpa saya harus berlari namun saya tak suka. Entahlah mengapa. Di saat yang berbeda, ada sesuatu menggiurkan jauh di ujung sanasaya coba kejar. Sepertinya sulit tetapi saya tidak ambil pusing. Saya terus mencoba berlari meraihnya. 


Ini hukuman, ini konsekuensinya. Inilah yang memang harus saya lakukan untuk mencapai yang saya inginkan. Berjuang? Tapi, sepertinya saya sudah mulai kelelahan. Hal menarik di sana sekarang tampak menjauh, bisakah ia mendekat saja sehingga saya tidak usah terlalalu lelah berlari? Haah. Segala sesuatu yang dapat melengkapi saya ada di situ.Tunggu waktu saja sebelum akhirnya aku menyerah atau tetap melanjutkan.

Minggu, 05 Februari 2012

Cerita Tentang Sahabat


Kadang niat berbaik hati itu dampaknya nggak juga baik. Bisa aja yang dibaikin itu malah nggak belajar dai apa yang kita beri. Di satu sisi saya nggak masalah membantu dia tetapi kalau pada akhirnya dia terlalu mengandalkan dan tidak segan lagi kepada saya, apakah itu baik?


Beberapa kali saya merasa terganggu dengan sikapnya itu, tapi saya nggak bisa marah berlama-lama. Dia sangat membutuhkan saya. Dia cuma punya beberapa orang yang bisa dipercaya, bahkan tidak untuk seluruh keluarganya. Miris sekali keadaannya.

Tiap kali saya sebal, belum sempat saya mengatakan alasannya, dia selalu butuh saya. Saya akan simpan uneg-uneg saya untuk sementara sampai ia bisa tenang dan melenyapkan pikiran untuk melukai siapapun.

Keadaannya begitu kejam, sungguh kejam. Saya kagum atas kuatnya dia dapat bertahan hingga saat ini meski masih ada banyak kekurangan yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Siapapun punya kekurangan, bukan?

Saya di sini dibutuhkannya. Dengarkan ceritanya, tukar pendapat, semangati terus, lalu tunggu hasil keputusan yang dibuatnya. Saling berbagi kebaikan yang ada juga perlu. Cukup itu peran saya. Tidak berlebihan dan tidak kurang, tapi cukup. Tidak usah dipikir berat kata seseorang. Bukan masalah saya nggak dapet apa-apa dari dia, tapi kalau sayang ya intinya cuma memberi. Selebihnya adalah bonus.

Rabu, 01 Februari 2012

Sugar Town - Summer

18_sugar_town_(bonus_track).mp3

Lagu ini mengingatkan saya kepada film 500 Days of Summer. Kesungguhan, pilihan, dan komitmen adalah alur ceritanya.
Wah, terkadang jalan memang tidak selalu mulus. Tidak selalu sampai di tujuan dengan cepat.
Jika melewati jalan pintas, tidak semua esensi dari kerja keras dapat dirasakan.
Usaha menjadi kurang berharga.
Ada kalanya harus memutar lalu kembali.
Tapi, tidak selamanya dapat kembali, bukan? Seperti kisah yang diceritakan oleh Aristoteles mengenai taman mawar. (coba deh cari tentang Aristoteles dan cinta, lagi males ngetik panjang-panjang nih :p)


Seperti Summer, dia terus berjalan meski menyakitkan.
Ketika melihat mawar yang indah pun, ia mengambilnya tanpa perlu menoleh ke belakang lagi atau membuang waktu berjalan ke depan. Bagi yang tersakiti, percayalah pasti ada saja hadiah yang tersimpan di depan jalan dan menunggu untuk dibuka. Masa lalu ya masa lalu. Masa depan menjanjikan sesuatu yang lebih mengesankan. Membahagiakan.


Mars vs Venus

Mars dan Venus. Laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dan perempuan punya sudut pandang yang berbeda.
Begini hasil kesimpulan dari bincang-bincang dengan banyak laki-laki dan perempuan (tentunya saya juga, :p).


Laki-laki : simpel (yang dipikirin yang perlu aja)
Perempuan : ribet (yang ga perlu pun jadi pikiran)


Laki-laki merasa gak perlu kasih penjelasan kepada perempuan, cukup lewat tindakan
Perempuan merasa tanpa kata-kata seperti ada yang kurang gitu, butuh kepastian jelasnya


Perempuan merasa cowok itu kompleks
Laki-laki merasa cewek lebih kompleks kalau laki-laki aja dibilang kompleks. Nah, lhoooo..


Perempuan suka dandan. Heboh deh. Meski tomboy, dijamin pasti ada keinginan untuk merawat diri
Laki-laki yah, mayoritas sih cuek bebek. Tapi, kalau sekarang sepertinya ada sedikit pergeseran. Banyak laki-laki yang suka merawat diri. Entah untuk kebersihan tubuh ataupun untuk menarik perhatian si venus. Berhubung jumlah perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki, bisa jadi para lelaki berusaha keras untuk saling bersaing.Ups! Rada OOT. Wahaha


Akh, banyak banget kalau dijabarin. Nggak mungkin kelar. Yah, buat hari ini sekian dulu deh. Ntar kalau inget perbedaan lainnya, saya tambahin lagi. Tapi, bisa kok kalau ada yang mau nambahin juga :)