Halaman

Selasa, 07 Februari 2012

LARI

Sepagi ini meyelinap ke dalam selimut lagi sepertinya ide menarik. Namun, ada kalanya ide menarik itu dibuang jauh-jauh. Saya membuka pintu kamar, celingak-celinguk sebentar, tidak ada orang di rumah. Lantas saya mengambil sepasang sandal jepit buluk yang ada di atas keset dan pergi secepat kilat dari situ. Saya menembus angin dingin hanya dengan baju tidur tipis ini. 


Saya injak rumput-rumput tinggi yang menghalangi. Saya memotong jalan lewat halaman rumah tetangga. Ups! Satu pot anggrek bulan tersenggol tangan saya. Jatuh. Pecah. Saya terus berlari takut ketahuan si pemilik. Ternyata si pemilik tanaman itu keluar dari rumahnya dan mengumpat ke arah saya. Mungkin dia telah menyadari ada pot bunganya yang pecah, saya tidak tahu, saya tidak melihat karena yang saya lakukan hanyalah berlari. 


Peluh ini tentu saja sudah membanjiri tubuh saya. Biar saja, saya akan memperlambat larinya. Saya kerap bingung tentang apa yang saya lakukan. Ada yang memberi tanpa saya harus berlari namun saya tak suka. Entahlah mengapa. Di saat yang berbeda, ada sesuatu menggiurkan jauh di ujung sanasaya coba kejar. Sepertinya sulit tetapi saya tidak ambil pusing. Saya terus mencoba berlari meraihnya. 


Ini hukuman, ini konsekuensinya. Inilah yang memang harus saya lakukan untuk mencapai yang saya inginkan. Berjuang? Tapi, sepertinya saya sudah mulai kelelahan. Hal menarik di sana sekarang tampak menjauh, bisakah ia mendekat saja sehingga saya tidak usah terlalalu lelah berlari? Haah. Segala sesuatu yang dapat melengkapi saya ada di situ.Tunggu waktu saja sebelum akhirnya aku menyerah atau tetap melanjutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar