Halaman

Selasa, 20 Desember 2011

Pola Asuh

     Tema utama dari cerita saya hari ini adalah pola asuh.Pola asuh yang baik adalah kombinasi antara kontrol dan respon yang sesuai dari orang tua terhadap anak. Tidak selamanya orang tua dapat mengasuh anaknya dengan baik. Well, semua juga dilatarbelakangi oleh sejarah keluarga, kepribadian, pengalaman, bahkan pola pikir. 
     Pola asuh orang tua menjadi hal yang utama dalam menentukan perilaku anak. 
Meskipun banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku anak, seperti televisi, internet, dan teman sebaya, orang tua tetap menjadi agen utama dalam menentukan perilaku anak. Itu terjadi karena orang tua mempunyai kontrol terhadap pergaulan anak. Orang tua pula yang menentukan dengan siapa dan bagaimana anak bergaul. Itu terkait pula dengan penerapan pola asuh kepada anak. Kalau pengawasan orang tua terlalu lemah, anak mempunyai kemungkinan untuk bergaul dengan kelompok teman sebaya yang 'rusak' sehingga perilaku anak juga menjadi 'rusak'. 
     Sama seperti ketika saya meneliti seorang anak yang mempunyai gangguan sosio-emosi. Setelah diperdalam lagi, ternyata masalah utama bukan ada pada si anak,melainkan berasal dari orang tuanya. Peran dan pola asuh orang tualah yang mendorong anak untuk berperilaku tertentu yang pada akhirnya bisa menjadi karakteristik anak tersebut.
     Seperti yang sudah saya katakan di atas, tidak selamanya orang tua dapat mengasuh anaknya dengan baik. Jika sudah begini, saya bertekad akan menjadi orangtua yang baik bagi anak saya nantinya. Saya tidak sempurna, maka sedang mencari pelengkap agar kesempurnaan itu terwujud! haha..

Kamis, 15 Desember 2011

Cerita Kamis Ini

Wuaw, kamis ini benar-benar berat! Berat beban pikiran. Haiiish. Lagi galau (ups, lebih pas gundah), tugas banyak, ujiannya juga gitu. Pada akhirnya saya putuskan untuk mengeluh saja hari ini. Huufft. Udah. Agak legaan. Jadi begini, semalam saya cuma bobok 2 jam, itu aja karena ketiduran padahal laporan belum kelar. Otak nggak mau diajak kompromi lagi. Otaknya udah capek. Subuh-subuh gitu rasanya pengen teriak, deh. Tapi nanti kena marah satu kos, trus diusir ibu kos. Nah, lhoo.. Akhirnya gak jadi deh. Lalu saya sumpal mulut saya dengan TOP gopekan. Lumayan nikmatlah. Trus, di pukul tiga pagi saya mulai menggunting-gunting dan mengelem lampiran laporan itu. Aduuww..aduww..kamarnya jadi kusam gitu. Kusam? Kumpulan sampah!! (sampe saat ini sih). Pikiran lagi gak beres. Ya oloh, gue jorok banget!! Ke kampus pake baju yang malemnya udah dipake pergi trus dipake bobok trus dipake ngampus sampe sore!! Hyeekkss. Diinget-inget sampe eneg sendiri. Jorok banget gueee!!!! -pengakuan luar biasa, moga" blog ini ga saya hapus ya, haha-.
Yaah, tugas sudah mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Jadi, tugas kuliah ada sesuatu hal yang menghasilkan gangguan perilaku yang tak terklasifikasikan. Masya ampun!!
Oke, tarik napas, buang. Nah, tadi laporannya udah terkumpul rapi. Printer saya lagi asik, mau dipake kerja. Printer punya perasaan kali ya. Jadi, dia tahu kalau saya lagi ga karuan gitu, jadi dia menghindari resiko rusak akibat dipukul-pukul (belum sampe dibanting, sih).
Trus nih, ya ujian tadi tuh bisa sih. Tapi kok, ya cuma begitu ternyata waktu pengerjaan yang saya gunakan itu sampe 2 jam! Pantesan kok, laper banget. Hahaha..
Btw, akhirnya dapet tiket pulang tanggal 23. Masih nggak rela pulang nih..... Huuukss.. tpi kudu pulang.

Ah, ah, kelamaan ngblog, lupa tujuan ke sini. Ngerjain seminar!! Ayayaya.... Ya ampun, hebring sendiri deh jadinya. Maklumlah, masih kacau. Byeee.. salam mata panda!

Selasa, 13 Desember 2011

RASANYA MENDUNG

Mega-mega mendung setebal apa yang ada di atas sana. Kumal, hitam, dan menyeramkan. Sama seperti pikiran spontan yang keluar sesaat setelah membaca artikel mengenai rasa. Rasa yang tidak jelas juntrungannya. Apakah manis, asam, atau pahit. Ehm, mungkin sedikit pedas. Yap, terkadang. Di ruangan ini aku menyepi sambil menyaksikan jam dinding di atas pilar itu. Aku melihat jarum panjang yang tipis itu. Itu terus bergerak. Tidak mau berhenti. Bahkan, kekuatan pikiranku tidak bisa menghentikannya. Waktu terus berjalan. Bergerak maju menuju hari berikutnya. Besok, lusa, dua hari kemudian, seminggu kemudian, entah sebulan ke depan. Ragu-ragu terpejam mata ini untuk coba membayangkan keadaan di mana jarum itu terus bergerak lalu membawa waktu kian cepat berlalu. Sunyi, gelap. Di sana yang ada hanya kehampaan. Mungkin kesepian, sedikit tersangkalkan rupanya. Hari itu, jika sampai tiba waktu itu, aku kacau. Tak tahulah apa yang terjadi nanti. 
Seyakinnya aku, hanya aku yang merasa, kalian tidak. Setitik belengu di pergelangan tangan memaksaku tak dapat meraih. Rantai dari baja yang begitu kokoh melilit di kedua mata kakiku. Jatuh saja aku ketika melangkah. Ketika mulut sudah tak kuasa bicara, bulir-bulir kemurnian pasti meringsek keluar menembus pertahanan. Seandainya waktu diam saja untuk sementara, mungkin aku akan bahagia. Aku hanya butuh sedikit waktu lebih lama untuk memahami ini semua. 
Perih ini belum hilang, kepura-puraan terus dipertahankan. Kapan bisa tertawa lepas memandang ke depan menanti pagi cerah diliputi keceriaan mentari? Senyumnya terangkum mesra di sini. Di sini, kamu tahu? Membingungkan sekali ketika bicara begitu tidak ada yang menanggapi. Meratap sebentar sajalah, jangan lama-lama. Mungkin ada harap, mungkin ada kepastian,mungkin ada jalan keluar. Semuanya serba mungkin. Mungkin aku ada, mungkin kamu ada, mungkin kalian ada, mungkin dunia ada. Mungkin. Mungkin, rasa ini memang ada. Pahit, kurasa.

INTROVERT vs EXTROVERT


Semangat hati kembali kendur di pagi ini. Renyah tawa hanya jadi ingatan sajalah. Aku tahu mengapa tapi berpura-pura tidak tahu saja. Ada saat di mana saya bisa tertawa di luar, ya hanya di luar. Tapi, ya tidak ada yang tahu bagaimana saya. Katanya saya merupakan tipe orang introvert. Saya agak mengakuinya juga, sih. Sebelumnya saya menyadari bahwa saya lebih sering membicarakan tentang orang lain ketimbang diri sendiri. Namun, banyak orang yang mengatakan bahwa saya extrovert. Mereka mungkin melihat bahwa saya cerewet, rame, gampang diisengin jadi mereka menilai saya sebagai orang yang terbuka. Yah, tidak apa-apa, kok. Memang itu sebagian diri saya.
Kalau dipikir-pikir, saya jarang sekali mengungkapkan apa yang ada di pikiran saya terhadap keluarga. Selama ini yang saya lakukan adalah hanya bercerita tentang rutinitas keseharian saja. Dulu, saya sering bercerita. Setiap pulang sekolah, saya selalu bercerita tentang kejadian di sekolah, tentang teman, atau tentang guru yang sering kali memarahi saya. Tapi, sepertinya simbok saya sudah agak bosan gitu kali, ya, jadi kurang direspon gitu. Menyerahlah saya. Jadi malas cerita-cerita lagi.
Tapi, apa ya. Kalau saya sudah sungguh percaya dan merasa nyaman untuk bercerita, saya akan cerita kok apa saja yang saya rasakan. Saya suka bertukar pikiran. Meski begitu, terkadang saya tetap menjaga ranah kerahasiaan. Wajar lah ya, namanya juga manusia.
Nah, akhir-akhir ini saya condong ke introvert. Kenapa??? Sedang malas cerita-cerita dan lebih senang menyembunyikan saja. Meski tahu akibat dari akumulasi represi yang menekan, saya tetap saja melakukannya. Gimanalah, ya. Perasaan tidak nyaman ini menurut saya tidak usahlah dibagikan dengan orang lain. Oke, ada satu yang tahu. Guru perjuangan saya, hahaha. Saya butuh bantuan dia, maka dia saja. Tidak perlu orang banyak memikirkan saya seorang. Mereka masih banyak urusan meskipun saya tahu mereka akan membantu apa saja. Tapi, kali ini saya cuma butuh bantuan satu orang saja, kok. Dia masternya, sih. Haha..
Tulisan lo abstrak, cott!!!! Yah, namanya juga anak buahnya Yesus. Tulisannya jadi gini, deh. Perlu penafsiran yang lebih dari sekedar membaca. Nah, lo.
Dududuw..alangkah senangnya jika tahu tentang pribadi diri sendiri, jadi tahu apa yang akan dan harus dilakukan tanpa membohongi diri sendiri. Well,well,, tujuan tulisan ini adalah membuka satu sisi pribadi saya untuk saya sendiri atau untuk kamu yang membaca karena saya jarang membicarakannya. Hanya di blog ini lho, kamu bisa tahu aku lebih dalam (ahaha…).
Pada akhirnya, setiap permulaan harus dimulai dengan keterbukaan pikiran dan berani mengakui baik buruknya diri sehingga dapat melangkah ke tahap berikutnya. 
Tahap yang lebih meringankan! Percayalah!

Jumat, 02 Desember 2011

Gombalan Enyak-Babe

Kadang mama aku panggil enyak, emak, bu Jul(namanya Julitte, ssstt..terkenal di SMP n SMA, lohh), trus simbok. Ah, apapun panggilannya tetep aja orang tercinta yang melahirkan aku. Mancapps, mak! Kalau papa? Ih, jarang banget manggil gitu. Manggil gitu kalau ada maunya aja. Kadang aku panggil bapak ato babe (khusus sapaan kalau aku bikinin dia pantun).
Pada dasarnya si bapak itu kaku dan pendiam. Kalau ketawa cuma bisa meringis. Aduh, gemes banget dah. Masa anaknya petakilan gini, eh bapaknya kalem gitu. Ckkckk.. Aku tergoda untuk ngisengin dia biar bisa ketawa. Caranya adalah bikinin dia pantun. Pantun pertama buatanku adalah :

Jangan lupa bawa kapak
Kalau mau buat kursi
Ayo senyum dong, bapak
Karena senyum bapak itu seksiii...

Ahhhaaaiii..hahaha..sukses. Dia ketawa ngakak. Adooh, si bapak ini lama amat biar bisa ketawa ngakak gitu.
Trus ada banyakah pantun yang udah kubuatm yang semua isinya cuma nggodain si babe. Seperti pantun ini

Jalan-jalan ke Cimeng
Buat ngebeli jimbe
Ai cuma mo ngemeng
Ai lop yu, babe.. Ihiiiirr.. si babe geli-geli sendiri.. hahaha

Nah, kemarin barusan aja aku buatin pantun lagi (buat nyak juga) berhubung tanggal 1 Des kemarin ulang tahun pernikahan mereka yang ke-26.
Begini.

Pergi bareng si Rini
Doyanannya nyari jimbe
Di tanggal 1 ini
Terus jaya, nyak-babe!!

Semua ini bukan maksud aku kurang ajar atau gimana, tapi lebih menggambarkan kehidupanku bersama keluarga. Meski tipe orang tua yang sulit mengungkapkan ekspresi seperti itu, aku tetap berani mengekspresikan diri pada mereka. Hehehe.. Ujung-ujungnya, sekarang si nyak-babe bisa gokil-gokilan bareng. Seneng, deh liatnya. Ini juga menggambarkan hubungan unik dan bebas dalam mengungkapkan kasih sayang. Apapun caranya, aku tetap sayang emak-bapak!!!
Ayyyaaayyaa...
Meski keadaan tidak seperti dulu, tapi aku berjuang kok. Mau bikin gede usaha Purepure Collection. Cupacup.. Mmmmuuaaaccchhhh...

GUE BUKAN KIMCIL

Mendung mereguk cahaya dalam tenangnya pagi. Kelam tenggelam di ujung gang kumuh. Perempuan kecil berjalan limbung terseok-seok menyeret sesuatu. Bujang-bujang merokok di dekatnya. Rokok dibuang dekat kaki perempuan itu. “Heh, kimcil lo!” kata bujang-bujang bajingan itu.
Perempuan itu kaget lalu diam. Mukanya merah, matanya melotot, badannya tegang. “Kampret! Gue bukan kimcil!” Bujang-bujang bajingan itu terkekeh saja. “Setan, lo! GUE BUKAN KIMCIL!!” Bujang-bujang bajingan itu diam. Perempuan itu acuh sambil terus berjalan.
Karung yang sedari tadi dibawanya memancarkan sinar keemasan. Itu hasil kerja kerasnya. Itu karya dari pemikirannya. Itu buah dari tujuannya. Hidup di situasi apapun. Bujang-bujang bajingan itu terkesima dengan kekuatan si perempuan. Kecil badannya, besar tanggung jawabnya. Sementara mereka masih terdiam, perempuan itu sudah pergi menjauh dan tak tampak lagi di ujung gang.

Cerita ini berisi tentang keprihatinan dan harapan saya. Tapi, sebenarnya jika dibaca-baca, ada suatu kebutuhan, kan? (khusus yang bahas TAT, haha..) Yaahh.. begitulah. Apapun itu, biarkan saja mereka melihat dan menilai. 