Mendung mereguk cahaya dalam tenangnya pagi. Kelam tenggelam di ujung gang kumuh. Perempuan kecil berjalan limbung terseok-seok menyeret sesuatu. Bujang-bujang merokok di dekatnya. Rokok dibuang dekat kaki perempuan itu. “Heh, kimcil lo!” kata bujang-bujang bajingan itu.
Perempuan itu kaget lalu diam. Mukanya merah, matanya melotot, badannya tegang. “Kampret! Gue bukan kimcil!” Bujang-bujang bajingan itu terkekeh saja. “Setan, lo! GUE BUKAN KIMCIL!!” Bujang-bujang bajingan itu diam. Perempuan itu acuh sambil terus berjalan.
Karung yang sedari tadi dibawanya memancarkan sinar keemasan. Itu hasil kerja kerasnya. Itu karya dari pemikirannya. Itu buah dari tujuannya. Hidup di situasi apapun. Bujang-bujang bajingan itu terkesima dengan kekuatan si perempuan. Kecil badannya, besar tanggung jawabnya. Sementara mereka masih terdiam, perempuan itu sudah pergi menjauh dan tak tampak lagi di ujung gang.
Perempuan itu kaget lalu diam. Mukanya merah, matanya melotot, badannya tegang. “Kampret! Gue bukan kimcil!” Bujang-bujang bajingan itu terkekeh saja. “Setan, lo! GUE BUKAN KIMCIL!!” Bujang-bujang bajingan itu diam. Perempuan itu acuh sambil terus berjalan.
Karung yang sedari tadi dibawanya memancarkan sinar keemasan. Itu hasil kerja kerasnya. Itu karya dari pemikirannya. Itu buah dari tujuannya. Hidup di situasi apapun. Bujang-bujang bajingan itu terkesima dengan kekuatan si perempuan. Kecil badannya, besar tanggung jawabnya. Sementara mereka masih terdiam, perempuan itu sudah pergi menjauh dan tak tampak lagi di ujung gang.
Cerita ini berisi tentang keprihatinan dan harapan saya. Tapi, sebenarnya jika dibaca-baca, ada suatu kebutuhan, kan? (khusus yang bahas TAT, haha..) Yaahh.. begitulah. Apapun itu, biarkan saja mereka melihat dan menilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar