Halaman

Rabu, 27 Juli 2011

Menikah

Pernikahan luar biasa..


Menikah berarti mengikat janji dengan seseorang. Lalu, bagaimana dengan para imam baru ini? Mereka mengikat janji dengan Tuhan. Mereka berkomitmen untuk mengabdikan hidup untuk Allah saja. Tiada komitmen lainnya. Hidup memang pilihan. Itulah jalan yang mereka ambil untuk menjadi imam bagi umatnya. 


Hari ini telah ditahbiskannya tujuh orang frater diakon menjadi pastor atau yang biasa disebut Romo. Saya sudah membayangkan siang ini pastilah penuh dengan adegan mengharukan. Benar saja itu terjadi. Air mata menggenang begitu saja di pelupuk mata saat ketujuh romo melakukan sungkem kepada orang tua mereka masing-masing. Lalu, saat mereka memberikan hosti pertama pada saat komuni pertama mereka menjadi imam kepada orang tua masing-masing. Entahlah, komuni seperti acara makan-makan di resepsi pernikahan pada umumnya. Setidaknya begitulah menurut saya. Misa hari ini bagaikan acara pernikahan saja. Hanya saja, para imam initidak menikah dengan perempuan. 


Sekelibat muncul pikiran di bayangan saya. Lebih sulit mana antara mengikat janji dengan perempuan atau mengikat janji dengan Allah? Lalu, teman saya menyeletuk di tengah pembicaraan yang juga terjadi di tengah misa berlangsung. "Susah menikah dengan perempuan. Kalau jadi pastor kan bisa keluar, gak selamanya. Tapi, kalau menikah dengan perempuan kan janji selamanya. Nggak boleh cerai."
Nah, saya jadi bingung. Lalu, saya bilang saja.. "Ga ada yang bisa jadi pembandingnya. Mungkin yang lumayan cocok jadi pembandingnya cuma romo-romo yang udah keluar dari serikatnya alias ga jadi romo lagi dan pada akhirnya memutuskan menikah dengan perempuan. Hehe.."
Yah, itu hanya obrolan-obrolan saja, tidak ada maksud lain.


Saya menikmati suasana siang itu. Rasa-rasanya banyak curahan berkat di mana-mana. Apalagi saat para romo mulai menumpangkan tangan mereka di atas kepala para imam baru sebagai pertanda ratusan pastor yang berada di gereja Kotabaru itu memberikan restunya kepada para imam baru.
Kuasa Tuhan begitu megah. Saya tahu ada jalan baik di sana, maka mereka memilih jalan itu untuk kebaikan bersama. Pengabdian kepada Tuhan sepenuhnya sebagai rasulnya itulah apa yang terbaik untuk mereka, menjadi imam bagi kita. Selamat bagi ketujuh imam baru SJ yang telah ditahbiskan siang ini.

Senja Bicara Tentang Rindu

Sesak akannya menggelitik daun di pohon depan rumah
Jatuh daunnya tapi tak sampai ke tanah
Terbang daun itu ke hutan sebelah
Nyali pun seakan diam
Lalu terbang entah ke mana
Mungkin ikut daun itu ke hutan sebelah
Tidak tahu ke mana arah tujunya
Saya lelah melihat ke depan
Melihat dia muncul sekejap berlari mengepul seperti asap
Saya berbaring lemah menjamah asa
Saya tahu saat ia bicara

Saat senja mulai berkata
Aku tak ingin ada dia
Namun, entah mengapa selalu ada
Perihal hati kian mengembara menyentuh sukma

Kamis, 21 Juli 2011

Sepenggal yang Berarti

AKU BAHAGIA JIKA DAPAT MEMBUAT SESEORANG BAHAGIA
(edisi teman yang berulang tahun-hanya sedikit cerita---tulisan jaman dulu (lucu banget)---)

18 September 2010 Dea berulang tahun.Sebenarnya pagi” pas di rumah Sari aku udah sms ( tapi ga nyampe jadi malamnya, waktu aku lagi di Kaliurang ada raker untuk program” ANAK PINGIT). Nah, yang kubisa cuma sms aja. Karena bosan dengan sms yang ujung”nya cuma bilang wish u all the best, aku menggunakan kekuatan gombalku dengan sepenuh hati. Pada akhirnya aku menulis begini.

Selamat pagi, temanku. Pagi ini begitu indah ya. Burung-burung sedang menyanyikan lagu kesukaannya, ayam-ayam bersaut-sautan ramai dan ketika itu semua terjadi, aku terbangun oleh suara yang berasal dari alat komunikasi genggam abu-abu. Suara itu memperingatkanku agar segera bangun dan merangkaikan kalimat-kalimat indah untuk kamu, temanku. Dari seluruh kalimat ini tentu belum ada yang berkesan. Itu karena aku belum menuliskannya. Baiklah, sekarang akan kuungkap dengan segenap rasa yang kupunya. “SELAMAT ULANG TAHUN, DEA.”

***

Tanggal  1 Oktober, Dian dan Risa ulang tahun.
Bagian Dian. Aku sms dia pagi-pagi karena mau telepon ke hp nya, aku nggak ada pulsa telepon. Paket sms sih, pulsanya. Hehe.. Oia,, aku sms dia tanpa berharap dia bakal balas smsku secepatnya. Dia pasti masih molor, pikirku, setelah melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.30. SMSku isinya:

Mentari menyembul dari balik perbukitan. Sinarnya menyelimuti lembah di bawahnya.
Tiupan angin pagi seolah menyenandungkan lagu-lagu penuh syukur.
Dedaunan bergoyang riang seturut lagu dilantunkan. Dian, harimu dirayakan seluruh alam.
Jika alam merayakannya, lalu mengapa dirimu masih berdiam diri di bawah kelambu?
 Bangkitlah dan buat hari ini menjadi indah.
(ketika hari kelahiranmu kembali, wajiblah aku menemani) Selamat ulang tahun, Dyn!

Bagian Risa. Kali ini aku nggak sms, tapi kasi kado. Lucu abiz. Kadonya blush on and eye liner My Darling. Wahaha..bungkus kadonya pake kertas koran lagi. Eit..tapi pake pita, lho! Pitanya pake koran, sih. Hehe..
Aku bilang eye liner merk itu juga pernah dipake Eno Lerian. Dari mana aku tahu? Aku tahu dari Insert. Waktu itu ada liputannya Eno Lerian dandan. Ujung-ujungnya dia promosi eye liner merk itu. Kayaknya dia juga pernah bilang make itu juga deh. Hmmm… Kadonya aku titipin temen asrama pada tanggal 2 Okt 2010 tanpa ketemu dia. Nggak berapa lama gitu, Risa sms. Dia bilang kadonya itu paling odong..Tadinya aku mau kasih bra, tapi tokonya belum buka gara” aku kepagian datangnya. T.T
BHnya buat kado taon depan ya, Mami Risa.. Wakakak…

Bagus tidaknya menurutku nggak masalah. Namanya juga belajar merangkai kata-kata. Lagian yang penting niatnya. Ehmm..berhasil nggaknya aku membahagiakan orang hanya dengan sms dapat dilihat dari balasan smsnya yang pada kalimat terakhir ada kata-kata “mmmuaacchh..mmuaacchh”. Dari ketiganya aku mendapatkan kata-kata itu.Hahaha

Kata-kata dapat menjadi kekuatan jika seseorang menuliskannya dengan hati 
dan mengucapkan dengan kesungguhan.




blak-blakan, nyookk!

Ini ku-copy paste di sini karena tulisan lama ini bagus sekali menurutku..

7 Sept 2010

Ada pastor sapa gitu, lupa namanya. Romo itu kotbah di misa mitoni (7 bulanan) mbak iparnya Sari. Di kotbahnya, ada sepenggal cerita yang isinya begini:
Romo itu bertanya kepada seorang ibu, “Bu, apakah ibu pernah memanggul salib?”
Ibu menjawab,”Tidak pernah, Romo.” Lalu Romo yang kebingungan itu berkata, ”Lho, mengapa tidak pernah? Bukankah segala penderitaan itu merupakan salib?”
“Segala penderitaan yang saya rasakan dikalahkan oleh segala anugerah yang Tuhan berikan kepada saya, Mo.”

Begitulah kurang lebih isinya (yang penting inti ceritanya gitu). Setelah kupikir-pikir, ibu itu KEREN BANGET! Aku masih ingat betul kisah ini karena mneurutku apa yang dikatakan ibu itu berarti sekali. Salib itu merupakan simbol dari segala dosa manusia yang Yesus pikul, jadi ga da seorang manusia pun yang bisa memanggul beban dosa umat manusia. Kerennya lagi, ibu itu mensyukuri setiap anugerah Tuhan hingga penderitaan tidak menghambat rasa syukurnya.
Kapan aku bisa sepenuhnya mensyukuri anugerah Tuhan ya. Selama ini sudah cukup tapi belum sepenuhnya.
Aku bersyukur mempunyai    : perasaan, pikiran, fisik yang normal dan hal-hal duniawi.
                                                   Keluarga bahagia
                                                   Teman-teman pengertian.
Namun, yang terutama jika aku ditanya, “ Hal apa yang paling berarti bagimu?”
Tentu saja dengan lantang aku akan bilang, “HIDUP.”
Begitu sederhana, namun satu kata itu ada di setiap langkah kita dan tidak sesederhana kelihatannya.

Wit JSN

Senin, 27 Juni 2011.
Pagi hari ini saya menulis tentang kegiatan pada hari Sabtu hingga Minggu malam. Baiklah dimulai pada cerita di hari Sabtu.

Sabtu, 25 Mei 2011. Saya dan Juwita pergi ke lahan Yayasan Hutan Pangan di Mancasan, Wirobrajan untuk membersihkan sampah yang menggunung (baca lebih lanjut, klik di sini). Setiap minggu, saya mengajak orang yang berbeda karena anggota footraffic yang lain mempunyai keterbatasan waktu luang. Namun, saya haruslah datang. Sendiri ataupun bersama yang lain. Hari itu, kami tidak memungut sampah namun menyortir antara daun dan ranting bambu yang sudah ditebang. Daun dan ranting itu nantinya akan dijadikan kompos melalui proses yang saat ini sedang diusahakan. Hingga pukul 12 dan kami pulang pukul 12.30an. 

Sampailah di Paingan pukul 13.30 -agak lama- karena kami mengambil rute memutar mencari atm Niaga. Leha-leha sejenak di kamar kos bercat biru muda, lalu saya mandi dan keramas menghilangkan jejak sampah di tubuh. Terburu-buru saya berangkat ke Kolsani yang berada di Kotabaru tersebut. Di sana masih sepi. Lalu, Ranum tiba. Kami, aku dan JSNers Yogya, hendak ke Solo Batik Carnival. Uwaaawww!!!

Perjalanan naik kereta Pramek bersama Ranum, Mbak Ayu, Mas Bintang, dan Ronald sungguh menyita tenaga. Setelah bercapek-capek ria dengan ranting dan bambu, kami pun harus berdiri selama satu jam di kereta. Sampai di stasiun Purwosari, kami menunggu hingga acara dimulai pukul 07.15. Menunggu agak lama di pemberhentian pertama, kami akhirnya bergegas pindah ke pemberhentian ke dua di tempat yang agak jauh karena di tempat awal kami tidak dapat melihat secara jelas tari-tariannya.

Sungguh memukau para peserta karnaval itu menyajikan tontonan mata dengan dandanan, pakaian, dan gerakan tari yang indah. Tidak henti-hentinya saya tersenyum gembira menyaksikan pagelaran hebat itu. Kekaguman saya akan kebudayaan melambung tinggi saat melihat arak-arakan berpakaian kain batik bermodifikasi itu melenggang di depan mata saya. Luar biasa.

Saya dan teman-teman melangkah pergi ke angkringan terdekat setelah arak-arakan selesai dan menjauhi pemberhentian ke dua. Lalu pulang ke rumah Mbak Ninik, salah seorang JSNers Solo. Beristirahatlah kami di rumah sederhana yang nyaman itu.

-Tiada yang dapat menandingi perasaan bahagia 
atas kekaguman saya akan sesuatu. 
Nikmatilah itu sepanjang hidup membolehkanmu.-

Minggu, 17 Juli 2011

Epi oh Epii..

Sabtu ini cerah sekali, secerah tawa Evi menghiasi rumah ini dengan keceriaan. Selalu ada bahagia saat melihatnya. Evi, seorang teman yang biasa dipanggil Ibu dan Anggun ini memang berkarakter keibuan. Pagi ini, saya dan teman-teman merasa kehilangan sebab Evi akan pergi selama seminggu meninggalkan rumah KKN ini. Dia lucu, mungkin lugu. Dia suka sekali bertanya, lalu menjawabnya sendiri. Kami tertawa, dia pun ikut tertawa. Sepertinya ada yang salah dengan dia. 

Kesalahan besarnya adalah tertawa tanpa mimik muka yang tidak sesuai sekalipun. Dia lucu, mungkin juga tidak tahu. Sekian banyak teman, hanya Evi yang mampu menunjukkan kesabaran seorang manusia. Sejauh ini belum pernah sedikit pun ia menunjukkan kekhilafannya. Bolehlah Evi, kamu menunjukkan perasaanmu. Rasa itu jangan kamu pendam sendiri. Tuangkan saja kepada orang yang kamu anggap sahabat, atau hanya kepada kumpulan kertas putih yang siap menanti goresan tintamu.

Nikamati perjalananmu ke Makassar, Evi. Lakukan yang terbaik, buatlah dirimu bangga akan usahamu. Tidak perlu hasil yang muluk. Hargai usahamu saja, cukup, agar tidak menyesal terlalu dalam apabila hasilnya tidak sesuai harapanmu. Berdoa dan berharaplah agar semuanya menjadi nyata. Tuhan ada di dekatmu dan teman-temanmu di sini hadir untuk mendoakan dan menantikan kepulanganmu kembali.

Nah, ini dia si Epi alias Evi..

Sabtu, 16 Juli 2011

Sore Hari Warna Kelabu

Padang itu semuanya pasir. Setiap inci jejak pun membekas debu di kaki. Semua kelabu, yang ada hanya abu-abu. Di sana, di gundukan pasir jauh di sana warnanya abu-abu. Bahkan langit di atas gunung itu pun mulai menghitam. Pertanda dulu ada banyak kematian di sana. Gersang, kering, mati. Sesak mengamatinya. Miris hati menyaksikan bekas-bekas kehidupan di sana. Dulu pernah ada kehidupan di situ, banyak canda tawa, ada kebahagiaan di sana. Saya melihat ada rumput tumbuh di atas pasir abu-abu itu. Mungkinkah akan ada kehidupan seperti dulu? Ingin sekali keceriaan hadir beriringan dengan deru aliran sungai itu. Padang boleh gersang, rumput tak lelah berusaha tumbuh. Semoga rumput itu menjadi pertanda awal kehidupan baru di tanah itu.

-Kali Gendol-

Senin, 11 Juli 2011

(2)

Waktu itu mereka tertawa
Gigi mereka penuh dengan kotoran menghitam
Menjijikan melihat mereka yang doyan menjilat
Ingin saya lempar batu
Luka sekalian di sekujur tubuh
Biar mereka menjerit
Teriak saja tak kan ada yang dengar
Benalu penghilang rasa merambat ke pohon orang
Rapuh yang lain, kuatlah dia
Cih, menjijikkan!
Peluh saya banjir gerah melihat mereka
Saya ambil golok
Saya bunuh benalu hingga lepas
Tak ada lidah, tak bisa dia menjilat
Lalu pohon bisa selamat
Berseru senang mati dia benalu
Peh. Omong ya omong
Lupa saya bahwa itu fatamorgana
Itu hanya ilusi membahana
Saya lupa itu belum ada yang menjadikan ilusi saya nyata

-Rupa-rupa ingin tetapi tak ada yang terjadi-
(Saya hanya berharap hal itu menjadi nyata.)

Jumat, 01 Juli 2011

(1)

Aku berlari menghindari kemunafikan namun kaki lekat menjejak tanah
Sekali lagi mencoba pergi, memotong kaki ini di pangkalnya, tetap tak mampu
Tangan berdalih, terlipat juga lekat di balik badan
Cih!
Bedebah busuk tertawa di ujung jalan
Aku maki dia dalam kegelapan
Dia diam
Kuteruskan melepas ikatan tangan
Sudah
Terseok, berjalan tak bisa lagi
Di samping ada seorang dalam diam, bukan dia yang tadi kumaki
Dia tengggelam dalam keputusasaan dan ketidakpastian
Kuhampiri dia
Ingin sekali kukatkan, “Tersenyumlah” namun tak sanggup
Aku tidak tahu apakah dia mengerti karena aku hanya dapat melihat kegelapan
Hitam membayang, kemudian aku tak sadar.

… Laku riang pergi sekarang …
-fransisca-

Di kamar sunyi seorang diri