Braga, semalaman aku meracau tentang jalan buntu yang pernah kulalui.
Jalanan ini telah berakhir. Jalan ini buntu.
Aku harus memutar jalan dan mencari jalan lain, tidak lagi lewat jalan buntu itu.
Aku akan berjalan menuju hal yang sama tetapi melewati jalan yang berbeda, tidak akan melewati jalan buntu itu kembali. Meskipun begitu, aku mendapat banyak pengalaman saat melewati jalan buntu itu. Aku tahu apa saja yang ada di sekitar jalan itu. Ada banyak rumah yang dindingnya dicat berbagai warna terang namun ada juga yang dicat warna gelap. Di jalan itu, aku mendapati dagangan minuman dingin yang manis. Di sana juga ada yang menjual lotisan. Saat aku melihat lotis dagangan tersebut, aku seolah dapat merasakan asam, manis, dan pedasnya.
Sampai kala itu, aku sangat senang hingga aku menemukan bahwa jalan itu buntu, tidak ada jalan tembusan lain. Aku tak bisa ke mana-mana. Aku lelah menanti keajaiban datang hingga dinding di depanku ini runtuh. Dinding ini kokoh, tebalnya seperti beton, tingginya seperti pohon pinus. Dinding itu sepertinya tidak akan roboh di saat ini, tidak akan sekarang atau tidak akan selamanya maka aku memutuskan untuk memutar jalan dan mengambil jalan lain. Waktu terus berputar dan aku semakin tidak sabar menantikan waktu di mana aku memperoleh 'itu', tujuanku. Semoga jalan yang aku tempuh ini membawaku ke sana.
Dari : Wening
Tidak ada komentar:
Posting Komentar