Halaman

Jumat, 27 Januari 2012

Kepo..kepo..

Kali ini saya mau cerita mengenai liburan saya di kampung galaman, Lampung. Ketemu keluarga, ketemu teman-teman. Jadwal wajib ya datengin rumah sodara atu-atu. Abis itu ke rumah beberapa temen, mengunjungi orang tuanya gitu.. Ehmm.. kumpul-kumpul, hedon, kumpul-kumpul, hedon, lalu kebingungan karena B.O.K.E.K. Nah, itulah mengapa alasan saya di Jogja sehabis pulang kampung malah ga ada duit. Penyesuaian diri, gituh. 


Di balik semua itu, saya senang kok. Tiada yang lebih membahagiakan selain bertemu orang-orang yang dicintai. Ketika berpisah memang ada sesuatu yang kurang tapi lama-lama juga biasa. Komunikasi yang nggak putus itu penting. Meski terpisah jarak, komunikasi hati tetep lanjut dong ya.. Eaaa...
Selama di sana juga suka sebel sendiri. Lampung, Lampung (Bandar Lampung). Jalanan rusak nggak dibenerin juga. Dibenerin cuma ditembel trus rusak lagi. Adduuhh, padahal pejabat di sana kaya-kaya, loh. 


Udah gitu, mayoritas di sana nggak sadar tata tertib lalu lintas. Lampu merah, trabas aja. Giliran saya nekad bertahan hingga lampu hijau, entah mobil atau motor bersauta-sautan membunyikan klakson supaya saya tidak menghalangi jalan mereka. Kadang, kalau kita mau jadi orang baik di sana, malah dapat umpatan. "Anjinglah,ka**anglah,bla bla bla...". Hadehh, di jalan kok makan ati.
Ada satu cerita lagi. Ini juga tentang tekanan sosial. Ada suatu kelompok doa yang diundang ke pernikahan anak dari salah satu anggota kelompok doa. Nah, si anak ini pindah agama gitu. Lalu, ada salah satu anggota KD (Kelompok Doa) yangg punya jabatan kuat di KD disinyalir melarang ibu-ibu KD tidak datang karena murtad. Jadi, satu pun dari anggota KD tidak ada yang datang ke acara pernikahan tersebut.


Ow, heloow!!! Kok pada kepo gitu yah?! Kenapa pada ikut campur urusan orang? Kalau diundang, ya dateng aja. Lagian sebelumnya ga ada masalah. Trus, orang tuanya aja udah mengijinkan, kenapa orang lain malah repot. Pernikahan itu pilihan orang tersebut, hargailah pilihan orang lain. Gak usah kepo gitu. Kasihan yang punya hajat, tambah sedih, kok temen-temennya nggak ada yang mendukung. Aih, aih. Emang ya tekanan sosial itu sangat berpengaruh di kehidupan bermasyarakat. Apalagi yang memberi 'titah' mempunyai jabatan yang kuat maka orang lebih mengikut yang aman lalu lainnya mengikuti suara mayoritas. Hah, semoga saya tidak akan menjadi orang seperti itu. Harapan saya selanjutnya : menjadi orang yang tegas, punya suara mandiri,punya baby..*upps, sama siapa lagee??? hahaa...


Yah, begitulah sedikit cerita yang dibawa dari liburan hingga sebelum perang suku di Sidomulyo dimulai. #miris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar