Semua akan pergi, entah ke mana tujuannya.
Ayah saya telah pergi, entah jam berapa. Dia pergi yang juga pulang. Saya harus bersabar untuk beberapa saat untuk bertemu dengannya. Saya telah menerima keadaan ini, keadaan di mana dia tidak akan beraga lagi. Saya tahu ini yang terbaik karena saya telah berkata pada Tuhan bahwa berikanlah yang terbaik. Lalu berita itu sampai pada saya. Bapak meninggal. Yup, itu ternyata yang terbaik. Entah apa yang Tuhan rencanakan. Saya tahu itu baik. Tuhan sudah memberi keringanan pada saya, sudah alurnya begitu. Saya dapat beasiswa dengan jumlah yang besar. Pada akhirnya, uang itu saya gunakan untuk ongkos pulang. Well, akhirnya saya akan naik pesawat, wkwkwk.. Alurnya begitu, saya diringankan. Tuhan Maha Baik. Dia tahu saya kuat, maka siklus kehidupan (kematian) seperti ini sudah seharusnya dapat saya jalani, meski itu bapak saya sendiri.
Saya jadi mengenang masa-masa saya bersama dia. Dulu, waktu ada pertanyaan tentang hal-hal tidak menyenangkan dengan orang tua, saya bingung menjawab apa karena semuanya tidak ada masalah berarti.
Hemm, dua hal yang saya cemaskan ternyata mengenai kehilangan dan perubahan. Kehilangan bapak di dunia dan perubahan alur kehidupan saya semenjak sekarang.
Entah apa yang akan saya alami ketika saya benar-benar melihat bapak. Saya belum bisa membayangkannya. Saya.. saya tidak bisa menulis banyak, saya hanya bisa bercerita. Saya sedih. Sedih sekali saat ini. Semoga kesedihan ini tidak berlangsung lama, saya harus bisa jalan terus. Bapak pasti ingin saya seperti itu, dia pasti tidak ingin melihat anaknya lemah. Bapak aja jatuh bangun dalam usaha tapi terus bangkit. Itu yang Mbah Kung suka dari bapak. Bapak selalu bangkit tiap kali jatuh. Itu poin pentingnya, bukan malah mencari-cari alasan jatuhnya. Oke, Pak Mul, contoh bagus.
Sip ya. Aku buktikan!
Skripsi? Ah, oke!
Laki? hehe.. agak susah, tapi okelah!
Ehmm... ya sementara itu dulu. Sisanya nyusul.
Pak Mul, ati-ati di jalan ya. Jangan sampe kesandung. Jangan ngerokok mulu. Minum teh manisnya dikurangi ya. Kumis dan jenggot kalo udah tumbuh ubannya dicukur aja, ya. Ehmm... kek gini ni, keliatan bener saya belum bisa nerima kejutan hari ini. Yah, masih kagetlah ya, belum terbiasa.