Saya akhir-akhir ini merasa bodoh. Kosong. Entah mengapa saya malas sekali belajar. Boro-boro belajar, membaca saja saya malas. Haduh. Padahal saat-saat ini sangat dibutuhkan kematangan teori. Sungguh sebal memikirnya. Terkadang menghindar saya lakukan pertanda bahwa saya cemas. Kecemasan seperti ini tidak boleh saya biarkan terus-menerus. Bisa fatal akibatnya.
Saya bisa apa kalau saya tidak berusaha maju. Tidak ingin saya berhenti di sini atau terkungkung dalam kerangkeng keputusasaan seperti ini. Huft. Saya harus memperbaiki diri. Percuma saja bila saya menyadari segala kekurangan namun tidak memperbaiknya. Mulai dari membaca kembali buku-buku kuliah ini akan saya lakukan perlahan-lahan agar saya tidak ketinggalan.
Bukan itu saja yang membuat saya gundah. Namun, rasa ini menjadi berlipat ganda menjadi semakin terdesak kedudukannya. Mungkin ia butuh tempat yang cukup luas. Namun, apakah tempat yang luas itu menjamin kegundahan dan kecemasan saya lenyap? Tentu tidak. Saya butuh penyelesaian. Saya butuh kepastian agar tidak terombang-ambing seperti ini dengan rasa tidak nyaman merajalela hingga mengganggu hari-hari saya.
Rasa ini memang menyenangkan jika tidak terlalu lama. Saya kira saya benar-benar butuh rekonstruksi dalam diri agar saya pun menjadi jelas pada diri sendiri sehingga saya dapat melakukan dengan rapi pada tujuan-tujuan yang telah saya rencanakan.
Rasa ini semakin mencampur aduk tatkala pelangi hadir di saat mendung. Ada keceriaan di saat suram juga. Ah, entahlah. Saya hanya tahu bahwa saya butuh kepastian agar semuanya tidak berlangsung begitu lama.
Gundah di hari ini menerbitkan asa agar mendung itu berakhir
tergantikan oleh cahaya mentari yang menghasilkan pelangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar