Halaman

Selasa, 23 Agustus 2011

(3)

Malam ini milik saya.

Waktu ini punya saya.

Kamar ini juga punya saya.

Bau ini juga.

Seperti bau tubuhnya.

Wangi parfum di tubuhnya.

Geliat senyum di wajahnya.

Lembut tatapannya.

Sesempurna itu aku memandangnya.

Karena dia punya saya.


21 Agustus 2011
21.00

Jumat, 12 Agustus 2011

Kuceritakan untukmu, Ma!

Hei, mama. Aku di sini baik-baik saja. Makan pun bisa. Tak ingin aku terlunta di tempat jauh di sini. Aku menanti secercah harapan, menunggu air 'tuk memuaskan dahaga. Aku percaya, Ma, di mana ada harap pasti ada jalan. 

Di saat kita terpuruk, pasti ada saja uluran tangan yang diberikan. Bukan berharap untuk dibantu selalu namun cukuplah bersyukur untuk apa saja yang diberikan kepada kita dengan ketulusan. Apa yang telah dijalani, apa yang telah dialami, aku percaya itu bernilai. Tidak ada satu pun hal yang tidak berguna. Aku percaya pada saatnya nanti, kita akan bangkit. 

Bolehlah keterpukan ini kita namakan berkah atas hidup. Suatu kesempatan di mana kita bisa merasakan sisi kehidupan yang berbeda. Sisi kehidupan yang sebenarnya. Akan kugunakan kesempatan ini untuk meraih asa dengan kesungguhan yang luar biasa. 

Percaya, harapan itu ada. Kebahagiaan sudah di depan mata. Berbagi untuk semua menjadi langkah berikutnya. Dokan saya, Ma.

Selasa, 02 Agustus 2011

Asa

Cerah hari ini namun berselimut mendung di sini
Tanah di situ sudah gersang
Sudah saatnya kami berlayar menjauh
Langit di ujung cakrawala melambai-lambai menanti kehadiran kami
Petir menyambar, bersiap menceraikan kami
Taarr! Tidak bisa
Tangan kami tetap bergenggaman
Satu
Perjalanan kami masih jauh
Masih banyak hambatan, masih ada kemungkinan badai yang akan menjumpai kami
Tersenyum selama kami masih hidup
Cukuplah air mata yang keluar
Senyum sampai akhir saja
Siapa tahu asa menjemput kami di suatu dermaga di mana daratan subur terhampar di sana

Seusai ditelepon seorang kakak, tulisan ini tercurah hingga akhirnya selesai
pada 14.15 di Jumat sore yang mendung